KESEIMBANGAN AIR DAN ELEKTROLIT
Dewasa : air
± 60% BB
Bayi : air ± 80% BB rawan
dehidrasi
rentan
keseimbangan air dan elektrolit
Air tubuh:
A. Cairan
intrasel (30 – 40%)
B.
Cairan
transeluler (1 – 3%)
C. Cairan ekstrasel (20 – 25%)
a) 15% interstitiel (limfe, cairan jaringan)
b) 5% intravaskuler (plasma)
Cairan transeluler: rongga sendi, rongga pleura,
LCS, cairan dlm bola mata, cairan peritoneum
Bayi CES > CIS
Volume CIS ditentukan oleh tekanan osmotik
ekstrasel melalui membran sel yg bebas dilalui air
Tekanan osmotik ↑ - air keluar dari sel (sel
mengkerut)
Tekanan osmotik ↓ - air masuk ke dalam sel
Tekanan osmotik dipengaruhi oleh ion Na dan K
Transport K+ ke dalam sel dan Na+
keluar sel terjadi secara aktif (perlu energi)
Volume cairan intravaskuler (plasma) dipertahankan
oleh keseimbangan antara filtrasi dan tekanan onkotik pada sistem kapiler
Tekanan onkotik ditentukan oleh albumin.
Misalnya pada sindroma nefrotik, protein ↓ à tek onkotik intravaskuler ↓ à vol cairan interstitial ↑, akibatnya terjadi udem
jaringan
Pengaturan cairan tubuh
- Masukan air
a. Ada rangsang haus (pusat di hipothalamus)
b. Haus timbul bila:
1. Cairan tubuh ↓
2. Osmolalitas plasma ↑ (1 – 2%)
- Absorbsi air
a. terjadi di GIT secara difusi pasif
b. transport Na dr lumen usus ke sel (tjd scr
aktif)
absorbsi Na diikuti absorbsi air
- Kehilangan cairan normal
- Mekanisme regulasi ginjal
Mengatur:
a. keseimbangan cairan
b. osmolalitas cairan dengan mengatur
ekskresi air
c. mengatur distribusi air melalui retensi Na+
dan ekskresi Na+
Kehilangan air abnormal:
d. Hiperventilasi (pd penumoni)
e. Suhu lingkungan ↑ ; Kelembaban ↓
f. Hilang melalui GIT (diare)
g. Hilang melalui urin (DI, DM juga bisa)
h. Edema (bukan hilang tp pindah ke jar
interstitiel)
ANTI DIURETIK HORMON (ADH)
a. Merupakan hormon vasopresin arginin (di
hipofise posterior)
b. Mekanisme kerja (di ginjal)
↑
permeabilitas tubulus ginjal dan ductus kolektivus terhadap air
ADH (+)
– urin pekat
ADH (-)
– urin encer
c. Sekresi ADH diatur oleh
a. Tekanan osmotik CES (konsentrasi Na+
& Cl-)
b. Emosi
c. ADH ↑ : rasa sakit, trauma, tindakan bedah
d. ADH ↓ : anestesia, alkohol, obat (morfin,
difenilhidantoin, barbiturat, glukokortikoid)
NATRIUM
a. Terbanyak dlm CES, mengatur volume CES
b. Volume CIS tergantung volume CES
Na à kunci dari kontrol volume cairan tubuh
c. Konsentrasi intrasel ± 10 mEq/ L
Konsentrasi ekstrasel (plasma) = 135 – 140
mEq/ L
1
mEq Na+ = 23 mg
1
g garam NaCl = 18 mEq Na+
d. Kebutuhan Na+: 1 – 3 mEq/ kgBB/
hari
e. Perubahan kadar Na à kadar Na ekstrasel berubah
Perubahan kadar Na di serum à perubahan Na+ di cairan interstitiel
f. Absorbsi
Pada GIT (jejunum) melalui enzim Na – K –
ATP ase, hormon aldosteron, hormon desoksi kortikosteron acetat
g. Ekskresi
t.u melalui ginjal, sebagian kecil melalui
tinja, keringat, air mata
Konsentrasi Na dalam keringat: 5 – 40 mEq/
L
Dipengaruhi
oleh:
a.
perubahan
volume ekstraseluler
b.
hormon
ADH
c.
rasa
haus
Bila
ADH ↓ à Na banyak keluar
h. Pengaturan keseimbangan Na:
Perfusi ginjal ↓ à renin ↑ à angiotensin II à aldosteron ↑
Angiotensin dan aldosteron meningkatkan
tekanan darah à terjadi retensi Na + air shg menimbulkan
oedema
i.
Retensi
Na terdapat pada:
a. Glomerulonefritis dengan GFR menurun
b. Tekanan onkotik plasma ↓ (sindroma
nefrotik)
c. Volume arteri ↓ (gagal jantung kongestif)
d. Pemberian kortikosteroid dg efek retensi
Na
j.
Kehilangan
Na+ terjadi pada:
a. DM à glukosa ↑ dlm tubulus à menghambat reabsorbsi air + Na à natriuresis
b. Penyakit Addison
c. Diare
k. Hiponatremia (Na+
serum < 135 mEq/ L)
Disebabkan oleh karena:
a. Kehilangan Na+ (diare)
b. Air dalam ruang ekstraseluler ↑ (sering)
Misal SiADH, intake air ↑↑
Gejala: kejang, kesadaran menurun (edema)
l.
Hipernatermia (Na+ serum > 150 mEq/ L)
a.
Retensi Na+
b. Diare kehilangan
air ↑↑
c. Diabetes Insipidus
KALIUM
a. 95% di intrasel
b. konsentrasi plasma 3.4 – 5.5 mEq/ L
c. kebutuhan K+ 1 – 3
mEq/ kgBB/ hari
d. Fungsi: mengatur tonisitas intrasel
“resting potential” membran sel
e. Ekskresi: 90% melalui urin, diatur oleh
aldosteron
f. Asidosis – K+ keluar sel
g. Alkalosis – K+ masuk sel
h. Hipokalemia
a) Intake K+ kurang (malnutrisi,
puasa, diare, muntah)
b) Ekskresi ↑ (obat diuretik, gangguan
keseimbangan asam basa)
c) Kehilangan (diare)
d) Gejalanya:
1. Otot-otot lemah (paralisis)
2. Refleks menurun
3. ileus paralitik, dilatasi lambung
(kembung)
4. letargi, kesadaran menurun
5. EKG:
a. T wave kecil
b. Ada gelombang U
c. Q – T interval memanjang
i.
Hiperkalemia
a) Kelainan ekskresi ginjal (GGA, GGK,
insufisiensi adrenal, hipoaldosteronisme, diuretik)
b) Intake ↑
c) Penghancuran jaringan akut (trauma,
hemolisis, nekrosis, operasi, luka bakar)
d) Redistribusi K+ transeluler:
asidosis metabolik
e) Gejala (terutama jantung):
1. Gelombang T tinggi, runcing
2. Interval PR memanjang
3. QRS melebar
4. ST segmen depresi
5. Atrioventrikular/ intraventrikular heart
block
K+ > 7.5 mEq/ L bahaya:
V.flutter, V.fibrilasi, blok
KEBUTUHAN CAIRAN TUBUH
j.
Cairan
tubuh hilang melalui:
1. Urin – 50% dari kehilangan cairan
Normal: 50 ml/ kgBB/ 24 jam
2. Insensible Water Loss (50%)
a.
Respirasi
(15%)
b.
Kulit
(30%)
c.
Feses
(5%)
CARA MENGHITUNG KEBUTUHAN CAIRAN
- Luas permukaan tubuh (BSA = Body Surface Area)
= mL/ m2/
24 jam
Paling tepat untuk BB > 10 kg
Normal: 1500 ml/ m2/ 24 jam (kebutuhan
maintenance/ kebutuhan rumatan)
- Kebutuhan kalori
100 – 150 cc/ 100 KAL
- Berat badan
Rumus umum:
- 100 ml/ kg – 10 kg pertama
- 50 ml/ kg – 10 kg kedua
- 20 ml/ kg – berat > 20 kg
Misalnya ó anak dengan BB 25 kg, memerlukan:
- 100 ml/ kg x 10 kg = 1000 cc – 10 kg (I)
- 50 ml/ kg x 10 kg = 500 cc – 10 kg (II)
- 20 ml/ kg x 5 kg = 100 cc – 5 kg (sisa)
Total = 25 kg = 1600 cc/ 24 jam
Keadaan yang Meningkatkan/ Menurunkan Kebutuhan Cairan
- Meningkatkan metabolisme
- Demam - ↑ H2O: 12%/ °C
- Menurunkan metabolisme
- Hipotermi – H2O ↓ 12%/ °C
- Kelembaban lingkungan tinggi
Insensible water loss menurun 0 – 15 cc/ 100 KAL
- Hiperventilasi – IWL meningkat 50 – 60 cc/ 100 KAL
- Keringat >> - H2O meningkat 10 – 25 cc/ 100 KAL
Kebutuhan Elektrolit
A.
2 – 4
mEq Na+/ 100 cc cairan
B.
2 – 4
mEq K+/ 100 cairan
SUBTITLE:
KESEIMBANGAN ASAM BASA
A.
Gangguan
keseimbangan air – elektrolit à gangguan keseimbangan asam basa
B.
Sistem
Buffer: zat yang dapat
mencegah perubahan kadar ion hidrogen bebas dlm larutan, bila mendapat tambahan
asam/ basa
Istilah :
a.
Asidemia = pH darah < 7.35
b. Alkalemia =
pH darah > 7.45
c.
Asidosis = kadar bikarbonat serum ↓
d. Alkalosis =
kadar bikarbonat serum ↑
Tubuh melindungi diri dari perubahan pH dengan:
1. Mengencerkan produk asam
2.
Sistem
buffer
3.
Regulasi
pernapasan – mengatur kadar pCO2 plasma
4.
Reabsorbsi
bikarbonat yang difiltrasi di ginjal, ekskresi H+ & NH4+
HCO3-
pH = 6.1 + log ------------
H2CO3
H2O CO2 – pengeluarannya diatur
oleh pernapasan
Metabolic
acidosis à CO2 keluar >>>,
sehingga H2CO3 ↓↓
GANGGUAN KESEIMBANGAN ASAM BASA
a. pH
darah adalah resultan 2 komponen: komponen metabolik dan komponen respiratorik
b. pH
normal: 7.35 – 7.45
c. BE
(base akses) merupakan komponen metabolik yaitu jumlah basa yg perlu dikoreksi
Normal = ± 2.3 mEq/ L
BE (+) ó kelebihan basa
BE (–) ó kekurangan basa/ kelebihan asam
d. pCO2
= merupakan komponen respiratorik status asam basa
Normal =
35 – 45 mmHg
e. Klasifikasi
gangguan asam basa:
1.
Asidosis
metabolik
2.
Asidosis
respiratorik
3.
Alkalosis
metabolik
4.
Asidosis
respiratorik
f. Asidosis
(pH 6.8 – 7.35):
1.
Metabolik:
BE (-)
2.
Respiratorik:
pCO2 ≥ 45 mmHg
g. Alkalosis
(pH 7.45 – 7.8):
1. Metabolik: BE (+)
2. Respiratorik pCO2 ≥ 35 mmHg
Asidosis Metabolik
A. pH ↓, bikarbonat ↓, BE (-)
pCO2
à bukti tubuh menetralisir racun
B. Sebab:
1.
Produksi
ion H+ berlebihan, misalnya:
a. Meningkatkan metabolisme (demam, distress
pernapasan, kejang, dll)
b. Meningkatkan asam organik (dehidrasi,
hipoxia, hipoperfusi)
c. Ketosis (DM, kelaparan)
2.
Kehilangan
bikarbonat berlebihan, misalnya: diare, drainase ileostomi
3.
Pemberian
asam (HCl, asam amino)
4.
Kegagalan
ginjal untuk mengeluarkan asam yg berlebihan
a. Derajat beratnya asidosis metabolic
ditentukan oleh turunnya base akses
b. Kompensasi: hiperventilasi... CO2 ↑ keluar
(napas cepat, dalam = kussmaul respiration)
c. Komplikasi: hipotensi, edema paru,
hipoksia jaringan, depresi SSP, koma, kejang
Alkalosis Metabolik
a. Konsentrasi H+ turun
b.
Sebab:
1.
Muntah
(HCl, K+ hilang)
2.
K+
hilang berlebihan (melalui urin, GIT)
3.
Penambahan
HCO3 ke dalam CES (misalnya th/ iv)
4.
↑
reabsorbsi HCO3. Misalnya: sindroma Cushing, Bartter,
Hipoaldosteronisme primer
c. Kompensasi: hipoventilasi à hipoksemia
d.
Lab:
pH ↑, CO ↑, BE (+), pO2 ↓, HCO3 ↑
Asidosis Respiratorik
1.
Akibat
dr hipoventilasi alveolar sehingga produksi CO2 > ekskresi CO2
2.
Terjadi
pada:
a. Penyakit paru berat: membran hialin,
bronchopneumonia, edema paru
b. Penyakit neuromuskuler: sindroma Guillian
Barre, overdosis obat sedatif
c. Obstruksi jalan napas: bronchospasme
3. Kompensasi
Ginjal à membentuk dan meningkatkan reabsorbsi bikarbonat
4. Gejala klinik:
a. Hipoksia
b. Vasodilatasi (karena CO2 ↑)
5. Laboratorium: pH ↓ - pCO2 ↑ -
HCO3 ↑ - BE (+)
Alkalosis Respiratorik
1. Ekskresi CO2 melalui paru-paru
berlebihan sehingga pCO2 ↓
2. Sebab:
hiperventilasi (kerusakan otak, emosi); keracunan salisilat
3. Lab: pH ↑ - pCO2 ↓ – bikarbonat
↓ - BE (-)
Mekanisme kompensasi
1. Gangguan respiratorik – dikompensasi oleh
ginjal
2.
Gangguan
metabolik – dikompensasi oleh mekanisme respirasi
Tingkat kompensasi dibagi dalam:
3. Tidak dikompensasi (mekanisme kompensasi
tidak bekerja)
4. Kompensasi partial (pH tidak sampai
normal)
5. Kompensasi penuh (pH kembali normal)
6. Kompensasi berlebihan
7. Perkiraan gangguan asam basa dpt diketahui
dg memeriksa darah arteri (pemeriksaan ASTRUP = Analisa Gas Darah)
Yang dinilai adalah: pH, pCO2,
HCO3, BE
Selain itu ada faktor penting lain: pO2,
O2 saturation
Koreksi kelainan asam basa
1. Asidosis metabolik
Tujuan koreksi – mengganti defisit basa
Dipakai Na bikarbonat/ natrium laktat
Rumus: BE x BB x 0.3 = jumlah mEq
bikarbonat yg diperlukan
2
– 4 mEq/ kgBB
Cara: diencerkan dengan D 5 % - berikan
perlahan-lahan
2. Alkalosis metabolik
Koreksi jarang diperlukan
Pemberian K+ (KCl) memperbaiki
alkalosis (max 40 mEq K+/ L)
3. Alkalosis Respiratorik
Akut à rebreathing system (↑ inspirasi CO2)
Kronik à kontra indikasi untuk rebreathing system
4. Asidosis respiratorik
↑
ventilasi à ventilator
Keseimbangan Air
Keseimbangan cairan tubuh adalah keseimbangan antara
jumlah cairan yang masuk dan keluar tubuh. Melalui mekanisme keseimbangan,
tubuh berusaha agar cairan dalam tubuh setiap waktu berada di dalam jumlah yang
tetap/konstan. Ketidakseimbangan terjadi pada dehidrasi (kehilangan air secara
berlebihan) dan intoksikasi air (kelebihan air). Konsumsi air terdiri atas air
yang diminum dan yang diperoleh dari makanan, serta yang di peroleh sebagai
hasil metabolisme. Air yang keluar dari tubuh termasuk yang dikeluarkan sebagai
urine, air di dalam fases, dan air yang dikeluarkan melalui kulit dan paru-paru.
Keseimbangan air rata-rata berupa masukan dan ekskresi bahwa volume yang
diperoleh melalui minuman hampir sama dengan volume urine, dan bahwa jumlanya
hanya merupakan separuh dari jumlah masukan dan kdeluaran air secara
keseluruhan.
Keseimbangan Air
Masukan Air Jumlah
(ml) Ekskresi/Keluaran air Jumlah (ml)
Cairan 550-1500 Ginjal 500-1400
Makanan 700-1000 Kulit 450- 900
Air
metabolic 200- 300 Paru-paru 350
Fases 150
1450-2800 1450-2800
Pengaturan Konsumsi Air
Konsumsi air diatur oleh rasa haus dan kenyang. Hal ini
terjadi melalui perubahan yang dirasakan oleh mulut, hipotalamus (pusat otak
yang mengontrol pemeliharaan keseimbangan air dan suhu tubuh) dan perut. Bila
konsentrasi bahan-bahan didalam darah terlalu tinggi, maka bahan-bahan ini akan
akan meraik air dari kelenjar ludah. Mulut menjadi kering, dan timbul keinginan
untuk minum guna membasahi mulut. Bila hipotalamus mengetahui bahwa konsentrasi
darah terlalu tinggi, maka timbul rangsangan untuk minum. Pengaturan minum
dilakukan pula oleh saraf lambung.
Walaupun rasa haus dapat mengatur konsumsi air, dalam
keadaan kehilangan air yang terjadi secara cepat, mekanisme ini sering tidak
dapat pada waktunya mengganti air yang diperlukan. Misalnya kehilangan cairan
yang terjadi cepat pada seorang pekerja yang bekerja di panas matahari atau
seorang pelari jarak jauh. Kadang-kadang minum tidak dapat segera mengembalikan
kehilangan cairan yang dialaminya. Akibatnya terjadi dehidrasi.
Pengaturan Pengeluaran Air
Pengaturan air dari tubuh diatur olehb ginjal dan otak. Hipotalamus
mengatur konsentrasi garam didalam darah, merangsang kelenjar pituitary
mengeluarkan hormon antidierutika (ADH). ADH dikeluarkan bilamana konsentrasi
garam tubuh terlalu tinggi, atau bila volume darah atau tekanan darah terlalu
rendah. ADH merangsang ginjal untuk menahan atau menyerap kembali air dan
mengedarkannya kembali ke dalam tubuh. Jadi, semakin banyak air yang dibutuhkan
tubuh, semakin sedikit yang dikeluarkan.
Bila terlalu
banyak yang keluar dari tubuh, volume darah dan tekanan darah akan turun.
Sel-sel ginjal akan mengeluarkn enzim rennin. Rennin mengaktifkan protein di
dalam darah yang dinamakan angiotensinogen ke dalam bentuk aktifnya
angiotensin. Angiotensin akan mengecil diameternyapembuluh darah sehingga
tekanan darah akan naik. Di samping itu angiotensin mengatur pengeluaran
hormone aldosteron dari kelenjar adrenalin. Aldosteron akan mempengaruhi ginjal
untuk menahan natrium dan air. Akibatnya, bila dibutuhkan lebih banyak air, akan
lebih sedikit air dikeluarkan dari tubuh.
Mekanisme ini
tidak berjalan, bila seseorang tidak minum air dalam jumlah cukup. Tubuh paling
kurang harus mengeluarkan 500 ml air sehari melalui urin yaitu jumlah minimal
yang diperlukan untuk mengeluarkan bahan sisa sehari sebagai akibat aktivitas
metabolism di dalam tubuh. Di jumlah ini, pengeluaran air di sesuaikan dengan
pemasukan air. Bila seseorang minum air dalam jumlah lebih banyak, urin akan
lebih encer. Di samping melalui urine, tubuh kehilangan air melalui
paru-parusebagai uap, melalui kulit sebagai keringat, dan sedikit melalui
fases. Jumlah air yang hilang rata-rata tiap hari sebanyak 2 ½ liter.
Kebutuhan Air
Kebutuhan air sehari dinyatakan sebagai proporsi terhadap
jumlah energi yang dikeluarkan tubuh dalam keadaan lingkungan rata-rata. Untuk
orang dewasa dibutuhkan sebanyak 1,0-1,5 ml/kkal, sedangkan untuk bayi 1,5
ml/kkal.
Pengaturan keseimbangan air oleh
ginjal dan otak
Ginjal Otak
Bila konsentrasi
garam
naik: rangsangan terhadap
kelenjar pituitari
|
Bila aliran darah
berkurang ginjal mengeluarkan
enzim renin
|
Renin
Darah Kelenjar
pituitari
Rennin mengubah
angiotensinogen menjadi bentuk aktif angiotensin
|
Kelenjar
pituitari
melepas hormon
antidiuterika/ADH
|
Angiotensin
Kelenjar Pembuluh
Kelenjar adrenal
mengeluarkan aldosteron
|
Pembuluh darah
mengkerut, meningkatkan tekanan darah
|
Aldosteron
Ginjal menahan
natrium dan air, dengan demikian meningkatkan tekanan darah
|
Sumber Air
Hampir
semua makanan mengandung air, sebagian besar buah dan sayuran mengandung sampai
95% air, sedangkan daging, ayam, dan ikan sampai 70-80%. Air juga dihasilkan di dalam tubuh sebagai hasil
metabolisme energi.
Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Tubuh
harus mampu memelihara konsentrasi semua elektrolit yang sesuai di dalam cairan
tubuh, sehingga tercapai keseimbangan cairan dan elektrolit. Pengaturan ini
penting bagi kehidupan sel, karena sel harus secara terus-menerus berada di
dalam cairan dengan komposisi yang benar, baik cairan yang di dalam maupun di
luar sel. Mineral makro terdapat dalam bentuk ikatan garam yang larut dalam
cairan tubuh. Sel-sel tubuh mengatur ke mana garam harus bergerak dengan
demikian menetapkan ke mana cairan tubuh harus mengalir, karena cairan
mengikuti garam. Kecenderungan air mengikuti garam dinamakan osmosis.
Disosiasi Garam
dalam air
Bila
garam larut dalam air, misalnya garam NaCl, akan terjadi disosiasi sehingga
terbentuk ion-ion bermuatan positif dan negatif. Ion positif dinamakan kation,
sedangkan ion negatif anion. ion mengandung muatan listrik dan dinamakan
larutan elektrolit. Cairan tubuh yang mengandung air dan garam dalam keadaan
disosasi dinamakan larutan elektrolit. Dalam semua larutan elektrolit, ada
keseimbangan antara konsentrasi anion dan kation.
Keberadaan
Elektrolit Tubuh
Elektrolit Konsentrasi Konsentrasi
di
luar sel di
dalam sel
(meq/l) (meq/l)
Kation
Natrium (Na+) 142 10
Kalium (K+) 5 150
Kalsium (Ca++) 5 2
Magnesium
(Mg++) 3 40
155 202
Anion
Klorida (Cl-) 103 2
Bikarbonas
(HCO3-) 27 10
Fosfat (HPO4=) 2 103
Sulfat (SO4=) 1 20
Asam organic
(laktat, piruvat) 6 10
Protein 16 57
155 202
Daya Tarik Elektrolit Terhadap Air
Tubuh
menggunakan elektrolit untuk mengatur keseimbangan cairan tubuh. Sel-sel tubuh
memilih elektrolit untuk ditempatkan di luar (terutama natrium dan klorida) dan
di dalam sel (terutama kalium, magnesium, fosfat, dan sulfat).
Molekul air, karena bersifat polar,
menarik elektrolit. Walaupun molekul air bermuatan nol, sisi oksigennya sedikit
bermuatan negatif, sedangkan hidragennya sedikit bermuatan positif. Oleh sebab
itu, dalam suatu larutan elektrolit, baik ion positif maupun ion negatif
menarik molekul air disekitarnya.
Air Mengikuti Elektrolit
Air
akan bergerak ke arah larutan elektrolit yang berkonsentrasi lebih tinggi. Hal
ini dilakukan melalui membrane sel semipermeabel yaitu yang bersifat permeabel
untuk air tetapi tidak permeabel untuk elektrolit. Kekuatan yang mendorong air
untuk bergerak ini dinamakan tekanan osmosis.
Pengaturan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit oleh
protein
Membrane
ini mengandung alat transport berupa protein yang mengatur penyebrangan ion
positif dan bahan lain melalui membran sel tersebut. Ion negative akan
mengikuti ion positif dan air akan mengalir ke arah cairan yang lebih tinggi
konsentrasinya. Salah satu contoh transport ini adalah pompa natrium-kalium,
suatu enzim yang memompa natrium keluar lebih cepat daripada proses difusi
biasa. Pada waktu yang sama, kalium akan dipompa ke dalam sel. Pompa ini secara
aktif mempertukarkan natrium dengan kalium melalui membrane sel, dengan
demikian memprtahankan tingkat konsentrasi masing-masing elektrolit. Pompa ini
menggunakan ATP sebagai sumber energy dan enzim natrium-kalium ATP-ase guna
melepas energi dari ATP.
Pemeliharaan Keseimbangan Cairan Tubuh dan Elektrolit
Pengaturan
ini dilakukan oleh saluran cerna dan ginjal. Bagian atas saluran cerna, yaitu
lambung dan usus halus, secara terus menerus memperoleh mineral melalui getah
pencernaan dan cairan empedu. Mineral kemudian diserap di bagian bawah saluran
cerna, yaitu di bagian kolon/usus besar. Melalui mekanisme ini sebanyak 8 liter
cairan mengalami daur ulang, yang cukup berarti untuk pemeliharaan keseimbangan
elektrolit.
Hormon ADH menentukan jumlah air yang
dikeluarkan ginjal dan jumlah yang diserap kembali. Untuk mengatur keseimbangan
elektrolit, ginjal memanfaatkan kelenjar adrenal melalui hormone aldosteron.
Bila kadar natrium tubuh menjadi rendah, aldosteron meningkatkan reabsorpsi
natrium dari tubula ginjal. Bila terjadi reabsorpsi natrium,kalium akan dikeluarkan
dari tubuh sesuai dengan aturan bahwa jumlah ion positif di dalam tubuh harus
tetap sama. Kemampuan ginjal mengatur kandungan natrium tubuh luar biasa.
Makanan biasanya mengandung banyak natrium daripada yang dibutuhkan tubuh.
Natrium mudah diabsorpsi oleh saluran cerna ke dalam tubuh. Ginjal akan
mengeluarkan kelebihan natrium dan menjaga konsentrasinya dalam darah pada
tingkat normal.
Rasa haus juga membantu kadar natrium di
dalam darah. Bila kadar natrium tinggi, reseptor di dalam otak merangsang
seseorang untuk minum hinggab tercapai resio normal natrium terhadap air.
Kemudian ginjal akan mengeluarkan kelebihan air dan kelebihan natrium secara
bersamaan.
Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit
Secara
normal, tubuh mampu mempertahankan diri dari ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
Namun, ada kalanya tubuh tidak mampu mengatasinya. Ini terjadi bila kehilangan
dalam jumlah banyak sekaligus, seperti muntah-muntah, diare, berkeringat luar
biasa, terbakar, luka / pendarahan, dan sebagainya. Dalam keadaan ini
elektrolit pertama yang hilang adalah natrium dan klorida, karena keduanya
merupakan elektrolit ekstraseluler utama dalam tubuh. Biasanya perlu segera
diberikan cairan elektrolit. Cairan elektrolit yang paling sederhana dan
dikenal masyarakat adalah oralit atau larutan gula garam (LGG). Bila terjadi
ketidaksiembangan cairan dan elektrolit perlu segera dilakukan tindakan medis
khusus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar